Kejatuhan Ajax di kompetisi domestik dan Eropa kembali memburuk. Remko Pasveer mengklaim klub masih belum pulih dari kehilangan Jordan Henderson. Sang kiper mengklaim bahwa kepemimpinan mantan kapten Liverpool itu “menyatukan segalanya” dan kepergiannya ke Brentford telah meninggalkan kekosongan yang tampaknya tak dapat diisi oleh raksasa Belanda itu.
Ajax Terpuruk
Kampanye Liga Champions Ajax semakin memburuk setelah menderita kekalahan memalukan 5-1 dari Chelsea. Hasil ini semakin menekan pelatih kepala John Heitinga, yang sudah menghadapi kemarahan penggemar setelah kekalahan sebelumnya dari Olympique Marseille dan Inter Milan. Dengan raksasa Belanda itu terpuruk di posisi keempat Eredivisie, sembilan poin di belakang pemuncak klasemen Feyenoord, rasa frustrasi atas kurangnya arah tim telah mencapai titik puncaknya.
Setelah kekalahan telak di Stamford Bridge, kiper veteran Pasveer mengakui kemarahan para suporter dan mengakui bahwa timnya masih jauh dari performa terbaiknya. Ia menyebut kekalahan itu “sangat disayangkan”, merujuk pada kartu merah dan dua penalti yang diterima yang menggagalkan harapan untuk bangkit. Ketika diminta menjelaskan perjuangan Ajax yang sedang berlangsung, pria berusia 41 tahun itu tidak ragu untuk menyoroti dampak kepergian Henderson.
Kekosongan Kepemimpinan
“Kami bermain sedikit berbeda, dan dalam diri Jordan Henderson, kami kehilangan seorang pemimpin yang jelas,” ujar Pasveer kepada wartawan setelah kekalahan dari Chelsea.
“Dia mampu menyatukan segalanya, dan Anda pasti merindukannya. Karena pemain seperti itu penting bagi tim dengan begitu banyak pemain muda. Anda kehilangan sedikit arah sekarang.”
Pernyataan Pasveer menggemakan sentimen di kalangan penggemar Ajax, banyak di antaranya percaya bahwa klub telah gagal menggantikan pengaruh Henderson baik di dalam maupun di luar lapangan. Namun, pimpinan Ajax, Alex Kroes, membela keputusan untuk mengizinkan pemain internasional Inggris itu meninggalkan klub ke Brentford, dengan menyatakan bahwa Ajax sedang menjalani restrukturisasi besar-besaran yang bertujuan untuk memangkas biaya setelah gagal meraih gelar Eredivisie.
“Sangat sederhana. Kami membuat kesepakatan dengan Jordan ketika dia bisa pergi pada bulan Januari,” jelas Kroes. “Dia memberikan segalanya untuk membantu kami mencapai Liga Champions, dan kemudian memiliki waktu hingga 14 Juli untuk pergi dengan status bebas transfer. Itu adalah kesepakatan yang baik bagi kedua belah pihak.
“Pada awal Juli, masih belum ada kesepakatan, jadi saya menelepon agennya dan memberi tahu tanggal yang semakin dekat. Dia memberi tahu saya bahwa Jordan kemungkinan besar akan pergi, tetapi dia belum tahu klub mana. Pada akhirnya, pilihannya adalah Brentford.
“Saya mengerti orang-orang memiliki pendapat berbeda tentang hal itu. Tetapi mereka tidak tahu detailnya, dan kami tidak perlu membagikannya.”
Henderson kembali ke Inggris
Masa bakti Henderson di Ajax mungkin singkat, tetapi meninggalkan kesan yang mendalam bagi klub. Mantan kapten Liverpool itu bergabung dengan raksasa Belanda pada Januari 2024 dari Al-Ettifaq dengan status bebas transfer, langsung menjadi kapten klub dan menyuntikkan rasa profesionalisme dan kepemimpinan ke dalam ruang ganti yang masih muda. Dalam 57 penampilan, ia mencetak satu gol dan sembilan assist, membantu Ajax menstabilkan performa mereka dan lolos ke Liga Champions musim lalu.
Hubungan itu berakhir hanya 18 bulan kemudian. Pada Juli 2025, Henderson dan Ajax sepakat untuk mengakhiri kontraknya agar ia dapat pindah ke Brentford. Sejak saat itu, mantan kapten Liverpool ini telah memainkan peran penting bagi The Bees di bawah asuhan Keith Andrews. Ia telah tampil dalam delapan pertandingan Liga Primer, tujuh di antaranya sebagai starter, dan sejauh ini telah menyumbang dua assist.
Apa selanjutnya?
Jalan Ajax menuju pemulihan akan sangat bergantung pada seberapa cepat mereka dapat kembali menemukan ketenangan dan identitas mereka. Heitinga menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menstabilkan performanya, dengan dewan direksi diperkirakan akan mengevaluasi posisinya jika hasil pertandingan tidak membaik dalam beberapa minggu mendatang. Untuk saat ini, kampanye Liga Champions mereka berada di ujung tanduk, dan lolos ke babak sistem gugur tampaknya semakin mustahil. Adapun Henderson, kariernya di Inggris telah kembali bersinar, dengan gelandang tersebut berkembang pesat di Brentford dan menuai pujian atas profesionalisme dan etos kerjanya.